Etika
Dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah
1. Masalah
Penelitian Ilmiah
Beberapa masalah penelitian meliputi penipuan, rasa
sakit, etika penelitian pada hewan dan kerahasiaan.
a. Penipuan
Terkadang,
agar penelitian dapat bekerja, partisipan harus tetap menyadari tujuan dari
penelitian. Namun dalam beberapa kasus psikolog menggunakan bentuk-bemtuk
ekstrim penipuan. Masalah etika lainnya muncul ketika para peneliti membayar
partisipan agar data yang diterima memuaskan para peneliti. Saat ini, penipuan
diperbolehkan dalam penelitian dengan syarat bahwa manfaat yang diberikan harus
lebih besar daripada biayanya.
b. Informed
Consent
Dalam
prosedur ini, peneliti harus menjabarkan tahap-tahap penelitian dan harus
mendapat persetujuan dari partisipan. Untuk anak-anak dan orang-orang yang
tidak mampu memberikan sepenuhnya Iinformed
consent, para peneliti bisa memperolehnya melalui orangtua atau wali nya.
c. Debriefing
Setelah
penelitian berakhir, partisipan diberitahu apa tujuan dari penelitian, setiap
penipuan yang mungkin ada dan diberikan alasan mengapa melakukan penipuan.
Penipuan kecil biasanya diizinkan apabila nilai dari penelitian membenarkan
penipuan, tapi penipuan harus dilakukan semata-mata hanya untuk tujuan
penelitian dan peneliti harus menjelaskan sepenuhnya kepada partisipan.
d. Rasa
Sakit
Institusi
biasanya tidak mengizinkan penelitian yang mungkin membahayakan dan menyebabkan
rasa sakit berkepanjangan. Jika berpartisipasi dalam sebuah penelitian mungkin
akan menyebabkan rasa sakit yang tidak berkepanjangan maka partisipan harus
diberitahu terlebih dahulu melalui prosuder informed
consent.
Selain
itu, dalam prosuder informed consent para
partisipan diberitahu bahwa mereka bebas untuk tidak berpartisipasi dalam
penelitian tanpa takut dengan dampak negatif yang mungkin timbul. Apabila
partisipan merasa dapat mentolerir kondisi percobaan sebelumnya kemudian dalam
proses penelitian mereka tidak bisa, mereka juga bisa untuk tidak berpartisipasi kembali.
e. Kerahasiaan
dan Anonimitas
Sebagian
besar penelitian dalam psikologi dilakukan secara anonim. Namun, sepenuhnya
anonim tidak mungkin terjadi. Ketika partisipan tidak bisa anonim, peneliti
harus berusaha keras untuk memastikan bahwa nama-nama partisipan hanya
diketahui oleh peneliti. Kerahasiaan berarti bahwa hasil tidak akan diungkapkan
kepada siapa pun yang tidak berhubungan dengan penelitian. Peneliti harus
menjamin bahwa informasi yang diberikan partisipan tidak akan digunakan untuk
melawan mereka.
2. Masalah
Penelitian Pada Hewan
Sebagian besar institusi berusaha untuk memastikan
bahwa hewan yang dijadikan subjek penelitian dilindungi dan memiliki semua yang
mereka butuhkan dalam hal makanan, tempat tinggal, dan kebebasan dari bahaya
atau ketidaknyamanan. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah
meningkatkan regulasi penelitian ilmiah dan perawatan yang tepat pada hewan.
Akan Tetapi, karena hewan bukan manusia,
kadang-kadang prosedur yang diberikan menyakitkan atau bahkan berbahaya. Namun,
sebagian besar penemuan penting baik di bidang kedokteran maupun psikologi berasal dari penelitian di mana
hewan laboratorium dikorbankan untuk memajukan pengetahuan dan kemampuan kita
untuk membantu manusia. Kontroversi mengenai penggunaan hewan sebagai peserta
laboraturium masih belum bisa terselesaikan.
3. Pemalsuan
Data
Pemalsuan data dianggap cukup serius dalam
penelitian. Beberapa masalah etika dalam penelitian masih bisa ditoleransi,
namun untuk pemalsuan data dianggap sebagai masalah yang mutlak tidak bisa
ditoleransi.
4.
Persetujuan Institutional Review Board
Dalam keadaan apapun, peneliti dilarang untuk
menjalankan suatu penelitian tanpa persetujuan dari Institutional Review Board (IRB), kecuali peneliti memiliki dokumen
tertulis yang menyatakan bahwa penelitian yang dikerjakan bebas. Jadi peneliti
harus memastikan bahwa sudah menulis persetujuan sebelum melakukan penelitian.
5. Pengelolaan
dan Salah Pengelolaan Keuangan
Dalam penelitian, jika peneliti diberikan dana untuk
tujuan tertentu maka peneliti harus menggunakan dana tesebut untuk tujuan itu.
Peneliti tidak bisa memakai dana tersebut untuk tujuan lain tanpa izin.
Peneliti juga tidak dapat menggunakan dana yang dialokasikan untuk satu proyek
penelitian, untuk mendanai proyek lain.
Jadi, peneliti harus memberikan keterangan yang
jelas tentang pengeluaran dana. Peneliti harus berhati-hati tentang bagaimana
cara mengelola dana karena pada dasarnya tidak ada toleransi untuk pengalihan dari
tujuan yang dimaksudkan.
6. Masalah
Penulisan Ilmiah
Ada 12 daerah di mana masalah etika menjadi penting
saat menulis makalah: akurasi pelaporan, pengecualian data dan analisis data,
interpretasi data, kepengarangan, asal-usul ide, plagiat, kutipan, perizinan,
analisis ulang data, publikasi, pengajuan bersamaan, dan menggandakan
publikasi.
a. Akurasi
Pelaporan
Kecerobohan
mungkin tidak terdengar seperti masalah etika, namun ketika penulis melakukan
kecerobohan dapat menyebabkan orang menarik kesimpulan yang salah dan mungkin merancang
penelitian di masa depan berdasarkan ketidakakuratan penulis tersebut dan itu
bisa menjadi masalah etika.
Kesalahan
dalam pelaporan biasanya terjadi karena komputer yang menganalisa data, bahkan
jika penulis memberikan data yang salah untuk menganalisis. Jadi penulis harus
benar-benar memberikan data yang sesungguhnya.
b. Inklusi
& Pengecualian Data dan Analisis Data
Terkadang
mengeluarkan data dari analisis itu merupakan hal yang biasa terjadi. Namun,
kadang-kadang ada garis halus antara menyimpulkan bahwa seseorang tidak
memahami tugas atautidak mengerjakan tugas dengan serius dan menyimpulkan bahwa
seseorang hanya melakukan tugas secara asal-asalan. Peneliti memiliki tanggung
jawab untuk tidak melakukan bias
analisis atau laporan data. Penulis tidak perlu menjelaskan secara rinci setiap
analisis yang gagal untuk menolak hipotesis nol. Tapi penulis harus menunjukkan
bahwa ia melakukan analisis ini dan bahwa tidak ada hasil signifikan yang
muncul.
c. Interpretasi
Data
Biasanya
sebuah data dapat di interpretasikan dalam berbagai cara. Karena penulis rentan
terhadap confirmation bias,
kecenderungan penulis adalah untuk menafsirkan data dengan cara yang paling
sesuai dengan apa yang ia harapkan untuk menemukan masalahnya. Editor sering
sengaja mengirim surat resensi untuk sarjana yang memiliki pandangan yang
berbeda.
d. Kepengarangan
Jika
makalah yang dibuat memiliki satu penulis dan tidak ada orang lain yang
memberikan kontribusi ilmiah, maka situasinya mungkin sederhana. Namun
seringkali sejumlah orang bekerja pada sebuah proyek, dan menjadi lebih
menantang untuk memutuskan siapa yang harus menjadi penulis dan dalam rangka
apa co-author harus tercantum.
Tujuh prinsip-prinsip
umum yang harus diingat:
1) Jika
dalam sebuah proyek ada beberapa individu yang terlibat, masalah kepengarangan
harus didiskusikan sebelum proyek tersebut mulai.
2) Siapapun
yang berkontribusi dengan ide-ide ilmiah dalam penelitian harus nama nya harus
tercantum dalam penelitian tersebut.
3)
Membantu dalam mengumpulkan data
atau mempersiapkan bahan tidak memenuhi syarat seseorang untuk ditulis
dipenelitian sebagai co author.
4) Lebih
baik menjadi lebih inklusif daripada di under-inclusion
dalam pencantuman co-author.
5) Urutan
kepengarangan biasanya mencerminkan tingkat kontribusi yang diberikan, kecuali
jika posisi terakhir memang disediakan untuk seseorang yang memberikan kontribusi khusus.
6) Jika
penulis menemukan dirinya dalam suatu sengketa yang tidak dapat diselesaikan
sendiri, maka daripada membiarkan penelitiannya jelek, lebih baik untuk
menyetujui sarana untuk resolusi konflik.
7) Jika
penulis memiliki jabatan lebih tinggi di lapangan, maka penulis harus ingat bagaimana
rasanya ketika penulis menjadi junior.
e. Sumber
Gagasan
Kadang-kadang
penulis mungkin memilikipercakapan dengan seseorang dan ide keluar dari
percakapan tersebut. Dalam kasus tersebut, orang yang memiliki percakapan
dengan penulis mungkin berharap untuk terlibat dan memiliki coauthorship dalam penelitian selanjutnya.
f. Plagiarisme
Terdapat 2 macam
plagiarisme:
1) Plagiarisme
karya orang lain
Plagiarisme karya lain
terjadi ketika penulis tidak mengutip
karya orang lain, atau sama
sekali tidak mengutipnya. Plagiarisme berlaku baik untuk ide-ide dan kata-kata.
Jangan pernah mengutip orang lain tanpa
menempatkan materi
dalam tanda kutip dan memberikan kutipan yang benar.
2) Plagiarisme
karya sendiri
Plagiarisme karya
sendiri terjadi ketika seorang penulis tidak megutip karya nya yang terdahulu. Ini
bisa dimaklumi bahwa penulis mungkin ingin mengutip atau menggambar pada pekerjaan
terakhir yang telah ia lakukan. Namun hal ini menjadi masalah ketika penulis
gagal untuk mengutip karyanya di masa lalu.
g. Kutipan
Secara
khusus, penulis memiliki kode etik untuk mengutip baik yang mendukung
hipotesis, maupun yang bertentangan.
h. Perizinan
Jika
penulis menggunakan karya orang lain, maka ia harus mendapatkan izin. Perizinan
bisa untuk tabel, gambar, foto, atau kutipan panjang. Kegagalan untuk menerima
izin dapat menyebabkan proses publikasi pekerjaan atau bahkan dapat berpotensi menempatkan
penulis dalam bahaya hukum jika pekerjaan diterbitkan tanpa adanya izin yang
diperlukan.
i.
Publikasi
Terdapat
tekanan yang meningkat untuk mempublikasikan jumlah perkerjaan yang cukup besar untuk perekrutan,
kepemilikan, dan promosi. Tekanan tersebut menciptakan godaan terhadap publikasi
sedikit demi sedikit, yaitu merupakan publikasi pekerjaan seseorang dalam
potongan-potongan kecil daripada secara keseluruhan.
j.
Penyampaian Secara Bersamaan
Penulis
tidak diperbolehkan untuk mengirimkan artikel yang sama lebih dari satusecara
bersamaan. Penulis umumnya diperbolehkan untuk mengajukan buku lebihdari satu
penerbit secara bersamaan. Jika penulis melakukannya, maka ia harus menginformasikan
penerbitnya.
k. Penerbitan
Rangkap
Penulis
tidak diperbolehkan untuk mempublikasikan pekerjaan yang sama dua kali kecuali publikasi
yang kedua diberi label dengan jelas sebagai cetak ulang.
Sumber: The Psychologist Companion