Minggu, 18 Januari 2015

Masalah Penelitian dan Penulisan Ilmiah

Diposting oleh Unknown di 18.10 0 komentar
Etika Dalam Penelitian dan Penulisan Ilmiah

1.      Masalah Penelitian Ilmiah
Beberapa masalah penelitian meliputi penipuan, rasa sakit, etika penelitian pada hewan dan kerahasiaan.
a.       Penipuan
Terkadang, agar penelitian dapat bekerja, partisipan harus tetap menyadari tujuan dari penelitian. Namun dalam beberapa kasus psikolog menggunakan bentuk-bemtuk ekstrim penipuan. Masalah etika lainnya muncul ketika para peneliti membayar partisipan agar data yang diterima memuaskan para peneliti. Saat ini, penipuan diperbolehkan dalam penelitian dengan syarat bahwa manfaat yang diberikan harus lebih besar daripada biayanya.
b.      Informed Consent
Dalam prosedur ini, peneliti harus menjabarkan tahap-tahap penelitian dan harus mendapat persetujuan dari partisipan. Untuk anak-anak dan orang-orang yang tidak mampu memberikan sepenuhnya Iinformed consent, para peneliti bisa memperolehnya melalui orangtua atau wali nya.
c.       Debriefing
Setelah penelitian berakhir, partisipan diberitahu apa tujuan dari penelitian, setiap penipuan yang mungkin ada dan diberikan alasan mengapa melakukan penipuan. Penipuan kecil biasanya diizinkan apabila nilai dari penelitian membenarkan penipuan, tapi penipuan harus dilakukan semata-mata hanya untuk tujuan penelitian dan peneliti harus menjelaskan sepenuhnya kepada partisipan.
d.      Rasa Sakit
Institusi biasanya tidak mengizinkan penelitian yang mungkin membahayakan dan menyebabkan rasa sakit berkepanjangan. Jika berpartisipasi dalam sebuah penelitian mungkin akan menyebabkan rasa sakit yang tidak berkepanjangan maka partisipan harus diberitahu terlebih dahulu melalui prosuder informed consent.
Selain itu, dalam prosuder informed consent para partisipan diberitahu bahwa mereka bebas untuk tidak berpartisipasi dalam penelitian tanpa takut dengan dampak negatif yang mungkin timbul. Apabila partisipan merasa dapat mentolerir kondisi percobaan sebelumnya kemudian dalam proses penelitian mereka tidak bisa, mereka juga  bisa untuk tidak berpartisipasi kembali.
e.       Kerahasiaan dan Anonimitas
Sebagian besar penelitian dalam psikologi dilakukan secara anonim. Namun, sepenuhnya anonim tidak mungkin terjadi. Ketika partisipan tidak bisa anonim, peneliti harus berusaha keras untuk memastikan bahwa nama-nama partisipan hanya diketahui oleh peneliti. Kerahasiaan berarti bahwa hasil tidak akan diungkapkan kepada siapa pun yang tidak berhubungan dengan penelitian. Peneliti harus menjamin bahwa informasi yang diberikan partisipan tidak akan digunakan untuk melawan mereka.

2.      Masalah Penelitian Pada Hewan
Sebagian besar institusi berusaha untuk memastikan bahwa hewan yang dijadikan subjek penelitian dilindungi dan memiliki semua yang mereka butuhkan dalam hal makanan, tempat tinggal, dan kebebasan dari bahaya atau ketidaknyamanan. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah telah meningkatkan regulasi penelitian ilmiah dan perawatan yang tepat pada hewan.
Akan Tetapi, karena hewan bukan manusia, kadang-kadang prosedur yang diberikan menyakitkan atau bahkan berbahaya. Namun, sebagian besar penemuan penting baik di bidang kedokteran maupun  psikologi berasal dari penelitian di mana hewan laboratorium dikorbankan untuk memajukan pengetahuan dan kemampuan kita untuk membantu manusia. Kontroversi mengenai penggunaan hewan sebagai peserta laboraturium masih belum bisa terselesaikan.

3.      Pemalsuan Data
Pemalsuan data dianggap cukup serius dalam penelitian. Beberapa masalah etika dalam penelitian masih bisa ditoleransi, namun untuk pemalsuan data dianggap sebagai masalah yang mutlak tidak bisa ditoleransi.

4.      Persetujuan Institutional Review Board
Dalam keadaan apapun, peneliti dilarang untuk menjalankan suatu penelitian tanpa persetujuan dari Institutional Review Board (IRB), kecuali peneliti memiliki dokumen tertulis yang menyatakan bahwa penelitian yang dikerjakan bebas. Jadi peneliti harus memastikan bahwa sudah menulis persetujuan sebelum melakukan penelitian.

5.      Pengelolaan dan Salah Pengelolaan Keuangan
Dalam penelitian, jika peneliti diberikan dana untuk tujuan tertentu maka peneliti harus menggunakan dana tesebut untuk tujuan itu. Peneliti tidak bisa memakai dana tersebut untuk tujuan lain tanpa izin. Peneliti juga tidak dapat menggunakan dana yang dialokasikan untuk satu proyek penelitian, untuk mendanai proyek lain.
Jadi, peneliti harus memberikan keterangan yang jelas tentang pengeluaran dana. Peneliti harus berhati-hati tentang bagaimana cara mengelola dana karena pada dasarnya tidak ada toleransi untuk pengalihan dari tujuan yang dimaksudkan.

6.      Masalah Penulisan Ilmiah
Ada 12 daerah di mana masalah etika menjadi penting saat menulis makalah: akurasi pelaporan, pengecualian data dan analisis data, interpretasi data, kepengarangan, asal-usul ide, plagiat, kutipan, perizinan, analisis ulang data, publikasi, pengajuan bersamaan, dan menggandakan publikasi.

a.       Akurasi Pelaporan
Kecerobohan mungkin tidak terdengar seperti masalah etika, namun ketika penulis melakukan kecerobohan dapat menyebabkan orang menarik kesimpulan yang salah dan mungkin merancang penelitian di masa depan berdasarkan ketidakakuratan penulis tersebut dan itu bisa menjadi masalah etika.
Kesalahan dalam pelaporan biasanya terjadi karena komputer yang menganalisa data, bahkan jika penulis memberikan data yang salah untuk menganalisis. Jadi penulis harus benar-benar memberikan data yang sesungguhnya.
b.      Inklusi & Pengecualian Data dan Analisis Data
Terkadang mengeluarkan data dari analisis itu merupakan hal yang biasa terjadi. Namun, kadang-kadang ada garis halus antara menyimpulkan bahwa seseorang tidak memahami tugas atautidak mengerjakan tugas dengan serius dan menyimpulkan bahwa seseorang hanya melakukan tugas secara asal-asalan. Peneliti memiliki tanggung jawab untuk  tidak melakukan bias analisis atau laporan data. Penulis tidak perlu menjelaskan secara rinci setiap analisis yang gagal untuk menolak hipotesis nol. Tapi penulis harus menunjukkan bahwa ia melakukan analisis ini dan bahwa tidak ada hasil signifikan yang muncul.
c.       Interpretasi Data
Biasanya sebuah data dapat di interpretasikan dalam berbagai cara. Karena penulis rentan terhadap confirmation bias, kecenderungan penulis adalah untuk menafsirkan data dengan cara yang paling sesuai dengan apa yang ia harapkan untuk menemukan masalahnya. Editor sering sengaja mengirim surat resensi untuk sarjana yang memiliki pandangan yang berbeda.
d.      Kepengarangan
Jika makalah yang dibuat memiliki satu penulis dan tidak ada orang lain yang memberikan kontribusi ilmiah, maka situasinya mungkin sederhana. Namun seringkali sejumlah orang bekerja pada sebuah proyek, dan menjadi lebih menantang untuk memutuskan siapa yang harus menjadi penulis dan dalam rangka apa co-author harus tercantum.
Tujuh prinsip-prinsip umum yang harus diingat:
1)      Jika dalam sebuah proyek ada beberapa individu yang terlibat, masalah kepengarangan harus didiskusikan sebelum proyek tersebut  mulai.
2)      Siapapun yang berkontribusi dengan ide-ide ilmiah dalam penelitian harus nama nya harus tercantum dalam penelitian tersebut.
3)      Membantu dalam mengumpulkan data atau mempersiapkan bahan tidak memenuhi syarat seseorang untuk ditulis dipenelitian sebagai co author.
4)      Lebih baik menjadi lebih inklusif daripada di under-inclusion dalam pencantuman co-author.
5)      Urutan kepengarangan biasanya mencerminkan tingkat kontribusi yang diberikan, kecuali jika posisi terakhir memang disediakan untuk seseorang yang  memberikan kontribusi khusus.
6)      Jika penulis menemukan dirinya dalam suatu sengketa yang tidak dapat diselesaikan sendiri, maka daripada membiarkan penelitiannya jelek, lebih baik untuk menyetujui sarana untuk resolusi konflik.
7)      Jika penulis memiliki jabatan lebih tinggi di lapangan, maka penulis harus ingat bagaimana rasanya ketika penulis menjadi junior.
e.       Sumber Gagasan
Kadang-kadang penulis mungkin memilikipercakapan dengan seseorang dan ide keluar dari percakapan tersebut. Dalam kasus tersebut, orang yang memiliki percakapan dengan penulis mungkin berharap untuk terlibat dan memiliki coauthorship dalam penelitian selanjutnya.
f.       Plagiarisme
Terdapat 2 macam plagiarisme:
1)      Plagiarisme karya orang lain
Plagiarisme karya lain terjadi ketika penulis tidak mengutip
karya orang lain, atau sama sekali tidak mengutipnya. Plagiarisme berlaku baik untuk ide-ide dan kata-kata. Jangan pernah mengutip orang lain tanpa
menempatkan materi dalam tanda kutip dan memberikan kutipan yang benar.
2)      Plagiarisme karya sendiri
Plagiarisme karya sendiri terjadi ketika seorang penulis tidak megutip karya nya yang terdahulu. Ini bisa dimaklumi bahwa penulis mungkin ingin mengutip atau menggambar pada pekerjaan terakhir yang telah ia lakukan. Namun hal ini menjadi masalah ketika penulis gagal untuk mengutip karyanya di masa lalu.
g.      Kutipan
Secara khusus, penulis memiliki kode etik untuk mengutip baik yang mendukung hipotesis, maupun yang bertentangan.
h.      Perizinan
Jika penulis menggunakan karya orang lain, maka ia harus mendapatkan izin. Perizinan bisa untuk tabel, gambar, foto, atau kutipan panjang. Kegagalan untuk menerima izin dapat menyebabkan proses publikasi pekerjaan atau bahkan dapat berpotensi menempatkan penulis dalam bahaya hukum jika pekerjaan diterbitkan tanpa adanya izin yang diperlukan.
i.        Publikasi
Terdapat tekanan yang meningkat untuk mempublikasikan  jumlah perkerjaan yang cukup besar untuk perekrutan, kepemilikan, dan promosi. Tekanan tersebut menciptakan godaan terhadap publikasi sedikit demi sedikit, yaitu merupakan publikasi pekerjaan seseorang dalam potongan-potongan kecil daripada secara keseluruhan.
j.        Penyampaian Secara Bersamaan
Penulis tidak diperbolehkan untuk mengirimkan artikel yang sama lebih dari satusecara bersamaan. Penulis umumnya diperbolehkan untuk mengajukan buku lebihdari satu penerbit secara bersamaan. Jika penulis melakukannya, maka ia harus menginformasikan penerbitnya.

k.      Penerbitan Rangkap
Penulis tidak diperbolehkan untuk mempublikasikan pekerjaan yang sama dua kali kecuali publikasi yang kedua diberi label dengan jelas sebagai cetak ulang.

Sumber: The Psychologist Companion 

Selasa, 04 November 2014

Fallacia

Diposting oleh Unknown di 03.30 0 komentar
DEFINISI 
Fallacia adalah kesalahan pemikiran dalam logika, bukan karena kesalahan fakta tapi kesalahan dalam kesimpulan karena penalaran yang tidak sehat.

JENIS
Kesesatan Formal : kesesatan yang terjadi atas pelanggaran norma, prinsip dan kaidah.
Contoh : 
Semua penodong berwajah seram.
Semua pengamen berwajah seram.
Jadi, semua pengamen adalah penodong.

Kesesatan Informal : Kesesatan yang terjadi dalam penggunaan bahasa.

  • Penempatan kata depan yang keliru ; Antara hewan dan manusia memiliki perbedaan
  • Mengacau posisi subjek atau predikat ; Karena tidak mengerjakan PR, guru menghukum anak itu.
  • Ungkapan yang keliru ; Penjahat kawakan itu berhasil diringkus polisi minggu lalu.
  • Amfiboli : sesat karena struktur kalimat bercabang ; Susi, anak Pak Anto yang sakit jiwa kabur dari rumah.
  • Kesesatan aksen/prosodi : sesat karena penekanan yang salah dalam kalimat ; misalkan ada peraturan "Anda tidak boleh mengganggu anak tetangga anda"; Budi bukan anak tetangga anda, jadi anda boleh mengganggu Budi.
  • Kesesatan bentuk pembicaraan:sesat krn org menyimpulkan kesamaan konstruksi juga berlaku bagi yang lain. Mis. Berpakaian artinya memakai pakaian. Bersepeda artinya memakai sepeda. Maka, beristeri artinya memakai isteri. 
  • Kesesatan aksiden: yang aksidental dikacaukan dengan hal yang hakiki. Mis. Sawo matang adalah warna. Orang Indonesia itu sawo matang. Maka, Orang Indonesia itu adalah warna.  
  •  Kesesatan karena alasan yang salah: Konklusi ditarik dari premis yang tak relevan. 
 Kesesatan Presumsi
       Generalisasi tergesa-gesa: Orang Padang pandai memasak.
       Non sequitur (belum tentu): Memang saya tidak lulus karena beberapa hari yang lalu saya berdebat dengan dosen tersebut.
       Analogi palsu:Membuat isteri bahagia seperti membuat hewan piaraan bahagia dengan membelai kepalanya dan memberi banyak makan.
       Penalaran melingkar (petitio principii): Manusia merdeka karena ia bertanggungjawab dan ia bertanggungjawab karena ia merdeka.
       Deduksi cacat: Barangsiapa sering memberi sumbangan, maka dia pasti orang baik. Andi pasti orang baik.
       Pikiran simplistis: Karena ia tidak beragama, maka ia pasti tidak bermoral.

  Menghindari Persoalan
       Argumentum ad hominem: Jangan percaya omongannya karena ia bekas narapidana.
       Argumentum ad populum: Anda lihat banyak ketidakadilan dan korupsi, maka Partai Nasdem adalah partai masa depan kita.
       Argumentum ad misericordiam: Seorang terdakwa meminta keringanan hukuman karena mengaku punya banyak tanggungan.
       Argumentum ad baculum: Karena beda pendapat, suka meneror orang lain.
       Argumentum ad auctoritatem: Mengutip pendapat Freud mengenai psikoanalisa.
       Argumentum ad ignorantiam: Bila tidak bisa dibuktikan bahwa Tuhan itu ada, maka Tuhan tidak ada.
       Argumen utk keuntungan seseorang: Seorang pengusaha berjanji mau membiayai kuliah, bila mahasiswi mau dijadikan isteri.
       Non causa pro causa: Orang sakit perut setelah menghapus sms berantai, maka dia menganggap itu sebagai penyebabnya.

 Kesesatan Retoris
       Eufemisme/disfemisme: Pembangkang yang dianggap benar disebut reformator. Bila tidak disenangi maka disebut anggota pemberontak.
       Penjelasan retorik: Dia tidak lulus karena tidak teliti mengerjakan  soal.
       Stereotipe: Orang Jawa penyabar. Orang Batak suka menyanyi.
       Innuendo: Saya tidak mengatakan makanan tidak enak, tapi mau mengatakan lukisan itu bagus.
       Loading question: Apakah Anda masih tetap merokok?
       Weaseler: Tiga dari empat dokter menyarankan bahwa minum itu memperlancar pencernaan.
       Downplay: Jangan anggap serius omongannya karena dia hanya buruh bangunan.
       Lelucon/sindiran
       Hiperbola: membesar-besarkan.
       Pengandaian bukti:studi menunjukkan.
       Dilema semu: Tamu yang menolak kopi, langsung disuguhi sirup.


Diambil dari ppt Fallacia oleh Bapak Carolus

Bahan UTS

Diposting oleh Unknown di 03.27 0 komentar
Positivisme VS Empirisisme
Positivisme adalah paham dimana segala hal sudah ada dan sudah terbukti keadaannya dan sudah diketahui dari saat kita lahir di Bumi.
Tokoh : Auguste Comte. 
Contoh : Gravitasi Bumi.
Abad : 17 dan 18 

Empirisisme : paham dimana dalam mengenal dan memahami suatu hal harus melalui pengalaman.
Tokoh : John Locke, Immanuel Kant
Contoh : Belajar naik sepeda, manusia purba menemukan api.
Abad : 19 

Deduktif VS Induktif
Deduktif : Paham yang memiliki pola pengembangan hal umum ke hal yang khusus.

Induktif : Paham yang memiliki pola pengembangan hal khusus ke hal yang umum

Preposisi VS Silogisme
Preposisi : sebuah kalimat yang dapat dinilai benar dan salahnya.
Preposisi tunggal : Buah apel itu manis.
Preposisi jamak : Buah apel itu merah dan manis 

Silogisme : simpulan dari 2 buah putusan premis (preposisi) lalu di simpulkan sebuah putusan yang baru.

Kamis, 23 Oktober 2014

Logika Induktif dan Logika Deduktif

Diposting oleh Unknown di 04.36 0 komentar
LOGIKA INDUKTIF
Logika induktif adalah cara kerja ilmu pengetahuan yang bertolak dari sejumlah proposisi tunggal atau partikular tertentu untuk menarik kesimpulan umum tertentu.
Atas dasar fakta dirumuskan kesimpulan umum
Kesimpulan adalah generilasis fakta yang memperlihatkan kesamaan
Kesimpulan umum harus bisa dianggap sementara
Ciri dasar penalaran induktif selalu tidak lengkap

Penalaran Induktif tidak dinilai sebagai valid, tapi berdasarkan probabilita
(kemungkinan).

Cara Penalaran InduktifProses induksi mulai berdasarkan kejadian-kejadian, gejala partikular.Penal induksi aalah proses penalaran berdasarkan pengertian partikular/ premis untuk menghasilkan pengertian umum/ kesimpulan.


Tiga Ciri Penalaran Induktif:1. Premis penal induktif adalah proposisi empiris yang ditangkap indera.2. Kesimpulan dalam penalaran induksi lebih luas daripada apa yang dinyatakan dalam premis.3.  Meski kesimpulan tidak mengikat, tapi manusia menerimanya. Jadi konklusi induksi punya kredibilitas rasional (probabilitas).


Generalisasi Induktif
  • Adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas gejala dengan sifat tertentu untuk menarik kesimpulan tentang semua.
  • Prinsip : Apa yang terjadi beberapa kali dalam kondisi tertentu diharapkan akan selalu terjadi bila kondisi yang sama terpenuhi
Tiga Syarat Membuat Generelasasi
-Tidak terbatas secara numerik
-Tidak terbatas secara spasio temporal, harus berlaku di mana saja.
-Dapat dijadikan dasar pengandaian.

Analogi Induktif:
Terjadi apabila selalu memperhatikan kesamaan.
Proses penalaran untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus berdasarkan kebenaran gejala khusus yang lain yang punya sifat esensial yang sama. 
Kesimpulan bersifat khusus.
Contoh :
Mangga 1 : kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 2 : kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 3 : kuning, besar, matang, ternyata manis.
Mangga 4 : kuning, besar, matang, kesimpulan tentu manis juga. 

Jadi, analogi induktif menarik kesimpulan berdasarkan persamaan.
Konklusinya berupa proposisi universal.
Penalaran induktif, konklusinya lebih luas daripada premis-premis. 




LOGIKA DEDUKTIF
Proses tertentu dalam proses itu akal budi, menyimpulkan pengetahuan yang lebih "khusus" dari pengetahuan yang lebih "umum". Yang lebih khusus sudah termuat secara implisit dalam pengetahuan yang lebih umum.

Induksi dan deduksi selalu berdampingan. Deduksi selalu dijiwai induksi.
Induksi selalu mendahului deduksi dalam proses memperoleh ilmu pengetahuan
Deduksi penting dalam pembentukan pikiran dan latihan.


FAKTOR PROBABILITAS
Probabilitas adalah keadaan pengetahuan antara kepastian dan kemungkinan.
Kebenaran dalam logika induktif, baik generalisasi maupun analogi bersifat TIDAK PASTI.

Tinggi rendahnya probabilitas konklusi induktif dipengaruhi oleh:
(1) faktor fakta: ‘makin besar jumlah fakta yg dijadikan dasar penalaran induktif, akan makin tinggi probabilitas konklusi dan sebaliknya’. 
(2) faktor analogi: ‘semakin besar jumlah faktor analogi dlm premis, makin rendah probabilitas konklusinya, dan sebaliknya.’ 
(3) faktor disanalogi: ‘makin besar faktor disanalogi di dlm premis, akan makin tinggi probabilitas konklusinya, dan sebaliknya’. 
(4) faktor luas konklusi: ‘semakin luas konklusi, semakin rendah probabilitasnya, dan sebaliknya’.

Kesesatan Dalam Generalisasi/Analogi:
Tinggi rendahnya probabilitas penalaran ditentukan faktor subjektif. Faktor ini
membawa manusia pada kesesatan (fallacy). Kesesatan penalaran induktif yg
terpenting adalah:
-Tergesa-gesa: cepat menarik kesimpulan dari beberapa fakta.
-Faktor ceroboh:  cepat tarik kesimpulan tanpa memperhatikan soal kondisi
lingkungan, misalnya, semua wanita Jawa itu lembut.
-Prasangka: memberi penilaian tanpa melihat fakta lain yang tidak cocok,
misalnya, semua org Batak bicara keras dan tak sabaran.
Untuk menghindarinya: membangun sikap kritis, terbuka pada koreksi dan kritik
dari orang lain.

Hubungan Sebab Akibat:

Prinsip umum: suatu peristiwa disebabkan oleh sesuatu. Terkandung makna bhw yg satu (sebab) mendahului yang lain (akibat). Tp tdk semua yg mendahului sesuatu menjadi sebab bagi yang lain.

Hub sebab akibat = hubungan yg intrinsik, artinya hub sedemikan rupa shg kalau yg satu ada/tdk ada, maka yang lain juga pasti ada/tdk ada.

Tiga pola hub sebab akibat: 1) dari sebab ke akibat, 2) dari akibat ke sebab, dan 3) dari akibat ke akibat.

Manfaat Penalaran Induksi

         •B. RUSSEL: LOGIKA INDUKTIF BUKAN HANYA LEBIH BERMANFAAT DR LOGIKA DEDUKTIF, TAPI JUGA LEBIH SULIT.


Manfaat logika induktif: MEMBERIKAN PEMBENARAN ATAS KECENDERUNGAN manusia yang bersandar pada kebiasaan.

Memang tidak pernah bisa merasa pasti atas kebenaran suatu kesimpulan induktif, tapi ada cara tertentu dimana kita dapat menekan kemungkinan kesalahan.

Maka, jangan pernah menarik kesimpulan induktif dg data yang masih minum, tergesa-gesa, ceroboh dan hanya di landasi prasangka.
 

Filsafat Trisula Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos